Kearifan Lokal Budaya Minang “dima bumi dipijak, disitu langit dijunjung” dalam Konteks Etnopedagogi: Kasus Perantau Minang di Kota Surabaya

Authors

  • Yosi Trisa Universitas Negeri Surabaya
  • Agus Suprijono Universitas Negeri Surabaya
  • M. Jacky Universitas Negeri Surabaya

Keywords:

etnopedagogi, kearifan lokal, budaya Minangkabau

Abstract

Artikel ini berbasis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang dilakukan selama tiga bulan (Agustus-Oktober 2018) pada para perantau Minangkabau di kota Surabaya. Tujuan penelitian adalah untuk memhami bagaimana penerapan nilai-nilai Kearifan Lokal Budaya Minang “dima bumi dipijak, disitu langit dijunjuang” dalam Konteks Etnopedagogi oleh Perantau Minang di Kota Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat paling tidak lima nilai-nilai budaya Minangkabau yang sangat penting untuk dimasukkan sebagai bagian dari materi etnopedagogi. Kelima nilai budaya tersebut adalah: 1) Saling menghormati (toleransi), saling menghargai, tenggang rasa, dan inklusif (“Dima bumi dipijak, disitu langik dijunjuang”); 2) Hidup mandiri, (“Karatau madang di hulu, Babuah babungo balun; Marantau Bujang dahulu, Di rumah baguno balun”); 3) Pantang menyerah (“Baraja ka na manang, mancontoh ka nan sudah” dan “Takuruang nak dilua, taimpik nak diateh”); 4) Nilai-nilai agama (“Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”), dan 5) Mempertahankan bahasa lokal. Sebagai konsekuensi dari hidup merantau, peran dan fungsi mamak tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sehingga pihak orangtua (ayah/bapak) yang mengambil alih.

Downloads

Published

2019-04-16

How to Cite

Trisa, Y., Suprijono, A., & Jacky, M. (2019). Kearifan Lokal Budaya Minang “dima bumi dipijak, disitu langit dijunjung” dalam Konteks Etnopedagogi: Kasus Perantau Minang di Kota Surabaya. Journal of Education Technology and Inovation, 1(2), 62–81. Retrieved from https://jurnal.unipar.ac.id/index.php/jeti/article/view/176

Issue

Section

Articles