Tinjauan Eutrofikasi Terhadap Bangunan Irigasi (Studi Kasus Bendung Walahar, Kabupaten Karawang)
Eutrophication Review of Irrigation Structures (Case Study of Walahar Dam, Karawang Regency)
DOI:
https://doi.org/10.31537/jernih.v1i01.1184Keywords:
kualitas air, eutrofikasi, eceng gondok, sedimentasi, bangunan irigasiAbstract
Bendung Walahar dibangun untuk mengatur debit Sungai Citarum guna mengairi 87.306 ha sawah di Kabupaten Karawang. Bendung Walahar sendiri membentuk area genangan seluas 15 ha. Sungai Citarum yang mensuplai air ke bendung ini di bagian hulu telah mengalami pencemaran baik dari limbah domestik, industri, maupun limbah pertanian yang kaya unsur hara. Pencemaran oleh bahan-bahan organik tersebut menyebabkan eutrofikasi, yang dapat diindikasikan dengan pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air seperti eceng gondok (Eichornia crassipes) yang menutupi permukaan genangan di bendung Walahar. Setiap tahun Perum Jasa Tirta II (PJT II) mengangkat 20 ton eceng gondok dari bendung Walahar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran air di bendung Walahar berdasarkan parameter fisika dan kimia kemudian menentukan status mutu air, mengetahui pengaruh eutrofikasi terhadap pertumbuhan eceng gondok, dan untuk mengetahui pengaruh keberadaan eceng gondok terhadap bangunan irigasi. Sebanyak 3 (tiga) sampel air dikumpulkan dari 3 titik sampling yang selanjutnya dianalisis di laboratorium PJT II. Hasil analisis laboratorium dibandingkan dengan Baku Mutu Air (BMA) berdasarkan PP No. 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air, kemudian ditentukan status mutu air menggunakan metode Indeks Pencemaran. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui di titik 1 dan 2, yang berada di bagian hulu bendung Walahar, parameter kualitas air memenuhi BMA, sedangkan di titik 3 yang berada di bendung Walahar parameter BOD melampaui ambang batas BMA. Dari perhitungan Indeks Pencemaran diketahui di titik 1 dan 2 memenuhi BMA sedangkan di titik 3 menunjukkan tercemar ringan. Pencemaran yang berasal dari bahan-bahan organik memberikan nutrisi bagi tumbuhan air eceng gondok yang tumbuh menutupi hampir 20% dari luas area genangan. Penutupan permukaan perairan oleh eceng gondok ini di satu sisi akan meningkatkan laju evapotranspirasi sehingga kehilangan air lebih tinggi dibanding perairan terbuka, di sisi lain keberadaan eceng gondok menyebabkan pendangkalan oleh karena adanya sisa-sisa seresah dari eceng gondok. Pendangkalan tersebut akan menurunkan kapasitas tampungan bendung Walahar dan memperpendek umur fungsi bending.
References
Ali, Y. M., & El-Din Khedr, I. S, Estimation of water losses through evapotranspiration of aquatic weeds in the Nile River (Case study: Rosetta Branch). Water Science, 32(2),, 259–275, 2018.
Barus, T., Pengantar Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Medan: Program Studi Biologi USU, 2001.
Bukit, N.T dan Yusuf, I.A., Beban pencemaran limbah industri dan status kualitas air sungai Citarum. J Teknol. Lingungan 3., 98-106, 2002.
Effendi, H., Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Fardiaz, S., Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Hasibuan, H., Kajian Kualitas Air dan Simulasi Transpor Kromium (Cr) di Perairan Terbuka (Studi Kasus Air Sungai Deli Serdang, Medan).). Bandung: Tesis, Program Studi Teknik Lingkungan, ITB, 2013.
Kordi, K. M., Budi Daya Perairan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009.
Laaboudi, A., Mouhouche, B., & Draoui, B., Neural network approach to reference evapotranspiration modeling from limited climatic data in arid regions. International Journal of Biometeorology, 56(5),, 831–841, 2012.
Linsley, Teknik Sumberdaya Air. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991.
Mahyudin,, Soemarno dan Tri Budi Prayogo, Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten Malang. J PAL, Vol. 6, No.2, ISSN: 2087-3522, 2015.
Makmur M, Haryoto K, Setyo SM dan Djarot SW., Pengaruh limbah organik dan rasio N/P terhadap kelimpahan fitoplankton di kawasan budidaya kerang hijau Cilincing. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah, 15 (2), 51-64, 2012
Marganingrum, D. Dwi Roosmini, Pradon.o dan Arwin Sabar, Diferensiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemaran (Studi Kasus DAS Citarum Hulu). Marganingrum, D. Dwi Roosmini, Pradono dan Arwin Sabar., Diferensiasi Sumber Pencemar Sungai MRis Geo Tam Vol 23 No.1 Juni 2013.
Purnomo, WP, P.Soedarsono dan MN Putri., Profil Vertikal Bahan Organik Dasat Perairan dengan Latar Belakang Pemanfaatan Berbeda di Rawa Pening. Journal of management of Aquatic Resources Volume 2, Nomor 3, 27-36, 2013.
Rustadi, Eatrophication by Nitrogen and Phosphorous and Its Control Using Fisheries in Sermo Reservoir. J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 16, No.3, 176-186, November 2009.
Sasaqi, D, Pranoto and Setyono, P., Estimation of Water Losses Through Evapotranspiration of Water Hyacinth (Eichhornia crassipes). Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 34(1),, 86-100, 2019.
Simbolon, A., Pencemaran Bahan Organik dan Eutrofikasi di Perairan Citius Pesisir Tangerang. Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, 109-112, Juli 2016.
Simbolon, A., Pencemaran Bahan Organik dan Eutrofikasi di Perairan Cituis Pesisir Tangerang. Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016.
Soedarsono, P., Sulardiono, B., dan Bakhtiar, R., Hubungan Kandungan Nitrat dan Fosfat Terhadap Pertumbuhan Biomassa Basah Eceng Gondok (Eichornia crassipes) yang Berbeda Lokasi di Perairan Rawa Pening, Ambarawa,Kabupaten Semarang. Journal of Management of Aquatic Resources Volume 2, Nomor 2, 66-72, 2013.
Suharyanto dan J.Matsushita., A preliminary assessment towards integrated BBWQM through priority analysis in the UCR Basin, Indonesia. Procedia Environmental Sciences 4 (2011) 331–335.
Wardhana, W., Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi III. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2001.